Di Indonesia, tanaman tebu (Saccharum officinarum) adalah bahan utama untuk pembuatan gula pasir. Pada umumnya penanaman tebu pada lahan sawah dengan pengairan yang baik. Tetapi dalam dua dasawarsa terakhir, penanaman bergeser dari lahan sawah ke lahan kering (tegalan). Hal tersebut karena di Gunungkidul lahan berpengairan diutamakan untuk produksi pangan, serta lahan sawah berpengairan lebih menguntungkan ditanami tanaman lain ketimbang budidaya tanaman tebu.

Teknologi penanaman tebu pada lahan kering perlu memperhatikan ketersediaan air hujan, persiapan lahan, pengolahan tanah serta penanaman tebu di lahan kering. Seperti ulasan berikut ini.

budidaya tanaman tebu

youtube. com

Persiapan Lahan untuk Budidaya Tanaman Tebu

Dalam mempersiapkan lahan kering, pertama harus bisa memprediksi awal musim kemarau dan awal musim hujan. Hal ini didapat dari mempelajari sifat iklim selama 5 hingga 10 tahun terakhir pada daerah yang akan Anda tanami tebu.

Sementara lahan kering yang bisa Anda tanami tebu antara lain, bekas perkebunan, padang alang-alang, padang rumput, lebak, atau lahan tegalan. Seperti di daerah Kabupaten Gunungkidul Provinsi DI Yogyakarta sudah menanam tebu pada lahan kering bekas perkebunan singkong.

Membuka lahan kering untuk Anda tanami tebu bisa memakai peralatan berat atau ringan asal sesuai dengan kondisi lahan. Peralatan tersebut guna membersihkan lahan dari tanaman tahunan, alang-alang atau rumput, dan lainnya hingga bersih dari sisa-sisa tanaman sebelumnya.

Penting untuk Anda perhatikan, bahwa lapisan tanah di bagian atas yang paling subur harus dipelihara supaya jangan sampai hilang terbuang atau hanyut terbawa air hujan. Persiapan lahan ini bisa Anda lakukan saat musim kemarau atau musim hujan, karena waktu pengolahan tanah yang tepat yaitu segera sesudah musim hujan selesai atau awal musim kemarau.

Pengolahan Tanah

Sesudah lahan kering bersih, kemudian lakukan pengolahan tanah supaya pertumbuhan tebu baik serta produktivitasnya maksimal. Tahap pertama pengolahan tanah memakai bajak untuk memotong dan membalik tanah, lalu lanjutkan dengan garu untuk menggemburkan tanah. Setelah tanah rampung Anda olah lalu buat kairan (alur tanaman).

Khusus untuk tanah yang memiliki lapisan kedap air, pembuatan kairan harus lebih dalam dari kedalaman lapisan kedap air. Pada umumnya lahan kering memiliki ukuran sempit, maka tenaga untuk pengolahan tanah yang murah dan efektif adalah dengan memakai traktor.

Berikutnya pengolahan tanah mengikuti kaidah konservasi lahan, yakni:

Kemiringan lahan 0 hingga 5% memakai teras datar, kemiringan lahan >5 sampai 12% menggunakan teras kredit/teras gulud, dan kemiringan lahan >15 hingga 25% memakai teras bangku. Sementara jarak kairan antara 0,95 hingga 1,25 m, untuk lahan makin miring, subur dan basah jaraknya semakin sempit.

Panjangnya kairan sekitar 50 m atau melihat kondisi. Lalu jarak pusat ke pusat (PKP) pada lahan miring yakni 1,10 m atau 1,30 m. Jika terjadi kemarau panjang (lebih dari 6 bulan), maka pengolahan tanah harus dalam serta tanaman perlu diberi mulsa.

Penanaman

Budidaya tanaman tebu pada lahan kering butuh bibit varietas tebu yang punya sifat-sifat, antara lain, tahan kekeringan, mudah berkecambah, jangka waktu keluar anakan yang agak panjang serta bertunas banyak, cepat beranak, mudah diklentek, tahan kepras yang baik, rendemen tinggi, dan tahan roboh. Varietas-varietas unggul tebu pada lahan kering yang dilepas oleh P3GI (1990) antara lain:

  • PS 77-1381
  • Varietas PS 77-1553
  • PS 78-561
  • Varietas PS 79-1497
  • PS 80-1070

Untuk mengetahui varietas yang mana yang paling cocok untuk daerah Anda bisa Anda lakukan dengan mengadakan percobaan adaptasi tanaman terlebih dahulu.

Ketika melakukan budidaya tanaman tebu, kondisi tanah dikehendaki lembab namun tidak terlalu basah serta cuaca cerah. Untuk waktu tanam tebu di lahan kering yang paling tepat yakni pada masa pancaroba atau akhir musim kemarau sampai awal musim hujan maupun sebaliknya. Pada daerah kering (tipe iklim C dan D Schmidt-Ferguson) waktu tanamnya yaitu antara pertengahan Oktober-Desember, sementara pada daerah basah (tipe iklim B) adalah awal musim kemarau.

Di wilayah dengan musim kemarau panjang (daerah kering) tebu ditanam sebagai bibit stek mata tiga dengan jumlah 8 hingga 9 mata tunas per meter juringan (15.000-20.000 stek per hektar). Pada prinsipnya mengarah dengan jumlah mata tumbuh 40.000 sampai 45.000 per hektar.

Letakkan stek tebu pada dasar juringan dengan jarak tanam sekitar 1,25 hingga 1,35 m. Di daerah dengan musim kemarau pendek, budidaya tanaman tebu menggunakan stek 3 mata ditanam, bersentuh ujung (end to end) atau tumpang tindih (overlapped20 %) di dasar juringan yang dangkal. Pada keadaan yang mendesak serta kekurangan tenaga bisa Anda gunakan tebu lonjoran dengan 5-6 mata, lalu potong menjadi dua.