Rinding Gumbeng di Ngawen adalah salah satu kesenian tradisional khas Gunungkidul dari Duren, Beji, Ngawen, Gunungkidul, DI Yogyakarta. Kesenian tersebut menjadi cerminan bagi kehidupan warga Kabupaten Gunungkidul yang terkenal ulet, sederhana, dan juga dekat dengan alam.

Kesederhanaan inilah yang selalu terlihat dari setiap pagelaran Rinding Gumbeng. Walaupun kesannya sederhana di alat juga para pemainnya, namun kesenian ini menyuguhkan alunan musik khas, melodius, indah juga dinamis yang ekspresif.

Rinding Gumbeng di Ngawen

youtube .com

Latar Belakang Rinding Gumbeng di Ngawen

Rinding Gumbeng merupakan sebuah tradisi asli dari masyarakat Kabupaten Gunungkidul. Kesenian ini diyakini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem bertani warganya. Semenjak penduduk di Gunungkidul mulai mengenal tradisi bercocok tanam sebagai ciri khas dari masyarakat agraris.

Kesenian Rinding Gumbeng sudah mulai diperkenalkan mereka sebagai wujud ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah mereka dapatkan. Walaupun begitu tak ada yang tahu secara pasti mengenai kapan kesenian ini ada serta resmi dilegitimasikan menjadi sebuah kesenian yang asli Kabupaten Gunungkidul. Oleh sebab itu, terus berupaya ditransmisikan untuk setiap generasi.

Di dalam sejarahnya, warga mempercayai kesenian ini mempunyai kekuatan magis untuk menghadirkan sosok imajiner yang bernama Dewi Sri. Dalam teosofi penduduk Jawa Kuno yang sangat kental akan nuansa mistik serta kebatinannya, sosok imajiner Dewi Sri adalah salah satu gambaran mengenai sosok dewa yang mereka puja sebagai sang pemelihara padi.

Lewat pergelaran Rinding Gumbeng, masyarakat Jawa Kuno percaya bahwa Dewi Sri akan terhibur dan juga merasa sangat bahagia. Dengan begitu kelak akan memberikan mereka hasil panen yang lebih melimpah. Pada saat itu, warga membawa hasil panen pilihan untuk mereka persembahkan kepada Dewi Sri. Hasil panen tersebut kemudian diarak secara meriah untuk mengelilingi kampung dan juga diiringi dengan seperangkat alat musik, berupa Rinding Gumbeng.

Sejarah Rinding Gumbeng

Dahulu setelah padi mereka panen dengan memakai alat bernamaani-ani,laki-laki akan memikul padi dan perempuan memanggul padi. Sepanjang perjalanan pulang nantinya mereka akan diiringi oleh suara rinding menggunakan rindingan tersebut. Sesampainya di rumah, padi-padi lalu mereka tumpuk di lantai dengan tali. Selesai ditali para petani pun akan membunyikan rinding gumbeng lagi sebelum padi-padi tersebut mereka masukkan ke dalam lumbung paceklik atau gedungan.

Dewasa ini, Rinding Gumbeng di Ngawen tidak hanya merekaa gelar sebagai sebuah ritual tradisional masyarakat Kabupaten Gunungkidul. Seperti tradisi upacara adat Nyadran yang terdapat di Hutan Wonosadi. Seperti yang dikatakan oleh salah satu pemimpin grup Rinding Gumbeng di wilayah Duren Beji, Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, kesenian tersebut berulang-kali juga mereka pentaskan di dalam ajang festival pada tingkat provinsi maupun nasional.

Dengan tujuan supaya selalu bisa bertahan serta berkembang. Bahkan, kesenian tersebut saat ini sudah banyak mereka modifikasi dengan berbagai tambahan karakter musik. Kendati demikian, Rinding Gumbeng selalu berupaya untuk mempertahankan ciri khasnya sebagai seni musik tradisional di Gunungkidul

Perangkat

Alat musik “rinding” dan “gumbeng” merupakan seperangkat alat musik yang terbuat dari bahan bambu. Sedangkan, untuk para pemain Rinding Gumbeng mengenakan kostum yang cukup sederhana. Biasanya, para penabuh Gumbeng dan peniup Rinding hanya mengenakan baju dan celana berwarna hitam dengan ikat kepala dari kain batik.

Untuk penyekarnya memakai baju kebaya khas dari petani desa dengan kain luriknya. Seni musik tradisional ini juga oleh masyarakat Gunungkidul mereka jadikan sebagai tradisi ritual sesudah masa panen.

Alat musik tradisional terdiri dari bambu:

  • Rinding
  • Gumbeng
  • Kendang
  • Gong
  • Kecrek

Jika pada zaman dahulu Rinding Gumbeng di Ngawen hanya mereka jadikan sebagai pengiring lagu-lagu tradisional. Maka sekarang ini sesuai dengan tuntutan zaman, banyak inovasi yang mereka lakukan agar Kesenian Rinding Gumbeng mampu mengiringi alat musik yang lainnya. Dengan menambahkan berbagai alat ke dalam kelompok kesenian Rinding Gumbeng, maka saat ini Rinding Gumbeng bisa dipakai untuk pengiring musik keroncong, dangdut, dolanan bocah maupun campursari.