Hampir setiap dusun yang berada di Kabupaten Gunungkidul menyelenggarakan sebuah tradisi yang bernama Rasulan. Salah satunya yaitu Tradisi Rasulan di Wiladeg, Karangmojo, Gunungkidul ini. Kegiatan Rasulan diturunkan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Tradisi Rasulan juga terkenal dengan Tradisi Bersih Desa. Rasulan sendiri merupakan sebuah tradisi yang sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat di Gunungkidul.

Tradisi Rasulan di Wiladeg

youtube .com

Penyelenggaraan Tradisi Rasulan di Wiladeg

Pelaksanaan Tradisi biasanya setiap setahun sekali, sehingga kegiatan tersebut terkesan seperti acara tahunan yang wajib mereka lakukan. Banyak yang mempercayai apabila Tradisi Rasulan tidak diselenggarakan, maka akan ada hal-hal buruk yang menimpa. Umumnya, para petani melakukan Tradisi Rasulan sesudah masa panen tiba.

Tujuan pelaksanaan Tradisi Rasulan yaitu sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan yang Maha Kuasa atas semua limpahan karunia dan nikmat yang diberikan melalui hasil panen yang melimpah. Selain itu juga untuk menghormatimbaurekso(roh-roh halus) atau danyang penunggu tempat yang mereka anggap keramat.

Di dalam keyakinan masyarakat Jawa, tiap-tiap dusun memiliki sebuah tempat khusus yang mereka percayai sebagai tempat persemayaman mbaurekso atau danyang. Biasanya, tempat-tempat tersebut berupa pohon, misalnya resan (pohon beringin). Sehingga Tradisi Rasulan selain sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, juga ditujukan kepadambaureksoyang terdapat di dusun tersebut agar tidak mengganggu.

Tradisi Rasulan berlangsung selama sekitar 2 hingga 3 hari. Masyarakat mengawali hari pertama dengan bergotong royong untuk membersihkan lingkungan desa (bersih desa). Semua elemen masyarakat dari petani hingga konglomerat harus turun ke lingkungan berpartisipasi dalam kerja bakti tersebut. Supaya bisa tercipta suasana masyarakat yang saling tolong menolong antara satu warga dengan yang lainnya untuk menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan.

Untuk objek dari pembersihan tersebut yaitu lingkungan di sekeliling masyarakat, seperti tempat ibadah, jalan, balai, dan lain sebagainya. Nah, di Wiladeg sendiri salah satu tempat yang dibersihkan dan dianggap sakral oleh masyarakatnya yaitu Kali Banteng yang terletak di sekitar desa Wiladeg.

Selesai melakukan bersih-bersih desa, masyarakat lanjut melakukan doa bersama di Kali Banteng dengan menyediakan bermacam-macam makanan dan sesajen sedemikian rupa. Adapun yang memimpin doa bersama tersebut yaitu pak kaum (modin).

Puncak Tradisi Rasulan di Desa Wiladeg

Kegiatan puncak pada tradisi Rasulan di Wiladeg ini cukup menarik dengan adanya berbagai macam pertunjukan kesenian tradisional. Seperti jathilan (kuda lumping), reog, wayang kulit semalam suntuk, ketoprak, dan sebagainya. Mereka juga mengadakan kirab budaya (karnaval mengelilingi padukuhan) dari tiap-tiap dusun. Peserta kirab membawa aneka gunungan yang terdiri atas hasil panen, seperti jagung, padi, kedelai, kacang, dan sebagainya. Selain itu semua peserta karnaval memakai beragam kostum serta aksesoris tradisional yang unik.

Misalnya, terdapat sekelompok remaja putri yang menyangking sapu, para petani yang memakai caping dan membawa cangkul, pemuda yang memakai seragam tentara kerajaan lengkap dengan senjatanya, dan sekelompok ibu-ibu yang membawa tampah.

Tujuan yang Hendak Dicapai Oleh Masyarakat Wiladeg melalui Tradisi Rasulan

  • Syukuran

Pada kegiatan Rasulan ada acara doa-doa, mengucap syukur terhadap. Tujuannya agar warga bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang sudah melimpahkan rezeki.

  • Melestarikan tradisi

Harapannya dengan penyelenggaraan tradisi Rasulan di Wiladeg ini bisa mempertahankan tradisi dari nenek moyang supaya senantiasa berjalan hingga anak cucu.

  • Bisa memperkokoh tali persaudaraan antar warga

Pada tradisi Rasulan di Wiladeg ini selalu dan pasti ada ubarampenya, seperti gunungan yang dibuat oleh tiap-tiap pedukuhan, ada pula sego wuduk, ingkung, kembang, kemenyan, janur, kuali, dupa.Ubarampeitu tidak semuanya mereka pakai pada saat yang bersamaan, ya. Sebab penggunaanya sesuai acara yang dilakukan, karena setiapubarampemempunyai arti.