Gunungkidul menjadi salah satu kabupaten yang kaya akan seni dan budayanya. Salah satunya adalah kesenian wayang yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Gunungkidul. Pada dasarnya, terdapat berbagai jenis wayang yang dipentaskan. Mulai dari wayang kulit, wayang golek, wayang orang, dan satu lagi adalah wayang topeng.

Eksistensi Kesenian Wayang Topeng di Gunungkidul

kompasiana. com

Mengenal Lebih Jauh Tentang Kesenian Wayang Topeng

Merupakan kesenian wayang dimainkan oleh orang-orang atau sekelompok orang dengan menggunakan topeng untuk menutupi wajahnya. Sama halnya dengan jenis wayang lainnya.

Wayang ini juga menggunakan iringan gamelan maupun tari-tarian. Tidak hanya digelar dalam festival budaya saja.

Akan tetapi wayang ini juga diselenggarakan untuk memeriahkan pesta pernikahan guna menghibur para tamu undangan. Biasanya dalam pementasannya, membutuhkan waktu sekitar 20 sampai dengan 30 menit. Selain itu, ada pula pementasan kesenian wayang ini memiliki durasi enam sampai delapan jam.

Perkembangan Wayang Topeng di Gunungkidul

Jenis wayang ini dalam budaya Jawa memiliki perkembangan yang sangat beragam. Baik itu untuk pertunjukkan ritual maupun sebagai seni pertunjukkan.

Awal mulanya, topeng sendiri merupakan benda yang memiliki wujud sebagai peniru wajah leluhur, yakni orang yang telah meninggal dunia. Misalnya saja seperti marga, kepala keluarga, kepala suku, hingga pangeran-pangeran pada kerajaan masa lalu.

Di Gunungkidul sendiri, pelestarian kesenian wayang ini tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat. Sudah puluhan tahun lamanya, kesenian wayang ini tertidur bak terlupakan dalam benak masyarakat.

Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satunya karena penjualan perangkat gamelan dan faktor lainnya.

Salah satu dusun yang berupaya untuk melestarikan kesenian wayang ini adalah Dusun Danggolo, Kelurahan Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Pada dusun tersebut terdapat sebuah kelompok kesenian bernama Panji Budaya.

Upaya Masyarakat untuk Menghidupkan Kembali Wayang Topeng

Masyarakat setempat juga memahami bahwa kesenian wayang tersebut merupakan peninggalan bersejarah yang harus mereka jaga dengan baik. Maka dari itulah, pada tahun 2015 lalu, masyarakat mencoba untuk menghidupkan kesenian wayang tersebut kembali.

Keterbatasan yang mereka miliki tidak menyurutkan dorongan kuat untuk mencoba melestarikan kesenian wayang yang hampir punah itu. Bahkan, kala itu, kelompok kesenian Panji Budaya itu pun belum memiliki gamelan.

Untuk melakukan serangkaian latihan mereka harus melakukan sewa. Tekad yang luar biasa mereka tunjukkan dengan membuat sendiri topeng sebagai komponen utama dalam pementasan kesenian ini.

Berkat upaya yang mereka lakukan ini, kesenian wayang ini bisa mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Tidak hanya sebatas dukungan secara finansial saja, melainkan juga dukungan dalam bentuk pendidikan dalam dunia panggung.

Harapannya, untuk kedepannya nanti, kesenian wayang topeng ini tetap eksis dan memiliki tempat di hati orang-orang. Selain itu, semakin banyaknya generasi muda yang turut melestarikan kesenian wayang ini.