Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang kaya dengan seni dan budayanya. Mulai dari seni tari, upacara adat, hingga berbagai jenis alat musik. Salah satunya adalah Rinding Gumbeng. Kesenian ini memiliki daya tarik tersendiri, sehingga sejarah Rinding Gumbeng atau asal usulnya patut untuk kita ulas.
Rinding Gumbeng sendiri, merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari bahan dasar bambu, kemudian dilengkapi dengan senar. Alat musik ini merupakan satu rangkaian, artinya kita mainkan secara bersamaan.
suara .com
Sejarah Rinding Gumbeng dan Proses Pembuatannya
Bambu yang digunakan untuk membuat Rinding ini umumnya memiliki panjang kurang lebih 25 cm. Pada bagian tengahnya terdapat lubang yang dibuat semacam jarum dengan panjang sekitar 20 cm.
Sedangkan pada bagian ujungnya terdapat tali yang berfungsi sebagai pegangan untuk menarik sisi lainnya. Cara memainkan alat musik ini sangatlah mudah, yakni hanya diletakkan pada bibir dan mulut sedikit terbuka, kemudian suara dari leher kita keluarkan.
Berbeda dengan Gumbeng, yakni alat musik yang hanya berfungsi sebagai pengiring Rinding saja. Bahan dasar pembuatannya pun sama yakni dengan bambu yang mendapatkan beberapa lubang.
Namun, bambu untuk membuat Gumbeng ini berasal dari bambu khusus atau begung srta pelepah aren. Sehingga, bunyi yang dihasilkan oleh Gumbeng ini berbeda dengan alat musik lainnya.
Menariknya, bunyi yang alat musik ini hasilkan sesuai dengan perasaan orang yang memainkannya. Cara memainkannya adalah dengan ditabuh.
Alat Musik Turun Temurun dari Nenek Moyang
Sebenarnya, sejarah Rinding Gumbeng sampai saat ini masih belum menemukan informasi yang valid. Namun, sejumlah masyarakat beranggapan jika alat musik ini merupakan turun temurun dari nenek moyang hingga saat ini.
Selain itu, konon katanya kesenian ini memiliki kekuatan yang magis. Sehingga dapat mendatangkan sosok imajiner Dewi Sri. Dewi Sri merupakan salah satu gambaran mengenai sosok dewa yang masyarakat puja sebagai sang penjaga padi.
Dengan kata lain, Dewi Sri memiliki peran penting dalam menjaga hasil pertanian masyarakat. Melalui Rinding Padi ini, Dewi Sri akan terhibur dan senang. Dengan begitu, kelak Dewi Sri akan memberikan hasil panen yang melimpah.
Saat memasuki masa panen, masyarakat akan membawa hasil panen terbaik untuk dipersembahkan kepada Dewi Sri. Hasil panen tersebut masyarakat arak secara beramai-ramai dan meriah sambil berkeliling kampung dengan iringan seperangkat alat musik, Rinding Gumbeng.
Dahulu kala, ketika padi mulai dipetik dengan ani-ani, laki-laki bertugas untuk memikul padi. Sedangkan perempuan bertugas untuk memanggul padi. Selama perjalanan pula mereka mendapatkan iringan suara rinding dengan Rinding Gumbeng tersebut.
Melihat sejarah Rinding Gumbeng yang memiliki kisah dan cerita yang unik, saat ini Rinding Gumbeng tidak hanya digunakan sebagai sebuah ritual tradisional saja. Melainkan juga ditampilkan pada acara lain seperti upacara adat Nyadran di Hutan Wonosadi.
Recent Posts
- Resep Sayur Asem Betawi Untuk Pemula
- Resep Ayam Kecap Bawang Bombay
- Resep Soto Ayam Rumahan
- Resep Nasi Goreng Sederhana Untuk Pemula
- Cara Menghilangkan Iklan di HP Terlengkap
- Cara Menghilangkan Bekas Jerawat Terpopuler
- Cara Transfer Pulsa Telkomsel Terbaru
- Cara Mandi Wajib Yang Perlu Diketahui Umat Islam
- Cara Menghilangkan Jerawat Kekinian
- Cara Cek Nomor XL Anti Gagal
- Cara Membuat Donat Empuk dan Renyah Sendiri
- Cara Buat Roti Pisang Coklat Yang Lembut dan Enak