Alat musik tradisional terbaru hadir di Gunungkidul. Salah seorang warga bernama Agus Abadi menciptakan alat musik baru yang terbuat dari bilahan bambu dengan panjang yang bervariasi yang berada di tepi kanan maupun kiri yakni Sigarankung. Bilahan bambu tersebut menghasilkan bunyi nada dengan cara dipukul.

Cara memainkannya mirip dengan memainkan gamelan. Terdapat balok resonansi di sisi atas yang terdapat lubang pada bagian tengah. Alat tersebut merupakan instrumen musik perkusi terbaru buatan Agus Abadi.

alat musik tradisionalkabarhandayani. com

Seputar Alat Musik Tradisional Sigarankung Gunungkidul

Agus Abadi merupakan warga Dusun Ngipak, Desa Ngipak Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul. Mulanya ia seorang seniman patung yang sudah lama menggeluti seputar pembuatan patung. Pria ini membuat Sigarankung sejak akhir 2017 silam.

Belum lama ini Agus sendiri mengatakan bahwa ia sempat menambahkan instrumen gamelan jawa yaitu saron. Hanya saja untuk menghasilkan sajian musik yang lengkap tentu masih sangat kurang. Keharmonisasian nada masih perlu mendapat perhatian.

Pembuatan alat tersebut kemudian dapat dimainkan secara tunggal maupun orkestra. Berawal dari sebuah keinginan, Agus sendiri memiliki mimpi menghidupkan kegiatan berkesenian dimana ia tinggal. Salah satunya seni musik yang mencakup musik perkusi serta musik tradisional lainnya.

Mulanya ia hanya bersama komunitas pemuda dalam mengawali seni toklik. Kemudian ia berulang kali mencoba dan berhasil menciptakan alat musik yang ia namai Sigarankung. Alat tersebut menghasilkan bunyi bas serta ketukan layaknya kendang.

Sigarankung Mengiringi Berbagai Pentas Seni

Hingga saat ini alat musik tradisional Sigarankung tersebut telah berulang kali ikut pertunjukan yang berbasis komunitas dan festival kedaerahan. Bersama group Granggang Wulung dan Resan Blues ia terus menggunakan alat musik tersebut. Grup seni lokal Gunungkidul ini memberikan kesempatan kepadanya untuk menggunakan Sigarankung.

Alat musik Sigarankung memiliki 0 bilah bambu, masing-masing memiliki nada yang berbeda. Pada bagian kiri untuk nada pelog dan bagian kanan untuk laras Slendro. Kemudian kayu bilah penjepit bilahan bambu serta pengunci terbuat dari kayu jati atau sonokeling.

Sedangkan bungkus balok sebagai resonansi menggunakan kain mori yang hanya sekedar mengangkat estetika saja. Jika dibunyikan maka Sigarankung ini mewakili suara laki-laki.

Kemudian Kung adalah ciri khas bunyi burung perkutut. Mulanya Agus lebih banyak menghabiskan waktu untuk berpikir.Akhirnya pada suatu kesempatan, ia berhasil menelurkan ide. Sehingga ia mengerjakannya secara intens selama satu bulan.

Awal mula lahirnya Sigarankung ini karena adanya keresahan bersama rekan-rekan komunitas seni Gunungkidul. Terkait dengan progres berkesenian serta aspek kehidupan lainnya. Secara diatas kertas masih kalah dengan kabupaten yang lain.

Untuk menguatkan hati dan membela sebagai bentuk rasa syukur Gunungkidul, maka karya tersebut ia tunjukkan dengan alat musik tradisional Sigarankung sebagai upaya penguatan hati dan eksistensi.