Tradisi ruwahan Gunungkidul merupakan kegiatan berkumpul bersama keluarga sebagai upacara penyambutan datangnya bulan Suci Ramadhan. Upacara tersebut dilakukan selama bertahun-tahun yang merupakan gabungan dari ajaran agama Islam dan kepercayaan adat.

Hingga kini tradisi tersebut masih lestari dan terjaga, bahkan terus dijalankan oleh orang-orang pedesaan. Setiap daerah memiliki tata cara yang berbeda. Namun secara konsep tetap sama. Intinya mendoakan para leluhur hingga berbagi sedekah.

Tradisi Ruwahan

pinterest. com

Tradisi Ruwahan Gunungkidul Wujud Syukur Kepada Allah SWT

Sebenarnya ruwahan berasal dari kata ruwah. Ruwah ini merupakan bulan kedelapan dalam kalender Islam yakni Syaban dalam bahasa arab berarti arwah. Masyarakat Gunungkidul menandai bulan ini sebagai waktu yang diperuntukkan bagi ritual mengingat kematian.

Masyarakat melakukan ziarah kubur untuk mendoakan almarhum keluarga. Selain itu masyarakat biasanya juga menyajikan sedekah berupa kolak, kue apem dan berbagai olahan yang menggunakan bahan ketan. Rangkaian acara dilakukan berupa bersih desa, kenduren, nisfu syaban, ziarah kubur, hingga berakhirnya acara padusan.

Salah satu makna terkandung dalam upacara ruwahan adalah mengingat jasa serta budi baik dari para leluhur. Bukan hanya orang-orang yang menurunkan kita. Melainkan orang terdekat, para perintis bangsa, para pahlawan, hingga pindah dalam dimensi kehidupan sesungguhnya.

Ziarah yang dilakukan warga masyarakat disebut dengan nyadran. Tradisi tersebut sejak zaman kerajaan Majapahit tahun 1284 yang berupa tradisi craddha. Tradisi penghormatan terhadap leluhur. Ziarah tersebut tentang keimanan pada Tuhan dan mengingat tentang asal usulnya. Cara mengingatkan kita pada kematian.

Dengan Tradisi ruwahan ini menjadi simbol bersih-bersih lahir dan batin. Membersihkan hati dan pikiran sebagai bentuk kebersihan diri dan jiwa. Mensucikan diri membersihkan jiwa dan raga menyambut datangnya bulan suci ramadhan. Tradisi warisan leluhur secara turun temurun sehingga kita dapat menjalani ibadah dalam kondisi bersih lahir dan batin.

Ruwahan Sebagai Tanda Silaturahmi

Sebenarnya ruwahan ini merupakan bentuk kegiatan silaturahmi masyarakat pada bulan puasa tiba. Silaturahmi ini dengan bentuk kenduri. atau kenduren. Kenduri yang dihadirkan secara bersamaan dan gotong royong baik dari persiapan kegiatan hingga selesainya acara.

Masyarakat bergotong royong mempersiapkan kegiatan, makanan dan membersihkannya. Masing-masing orang membuat makanan berupa nasi berkat, tumpeng, ketan dan apem. Kemudian mereka bawa ke rumah kepala dusun. Hal ini dengan tujuan mengadakan doa dan makan bersama. Ruwahan ini juga banyak dilaksanakan di serambi masjid dengan pengunjung yang banyak.

Hal ini sebagai peringatan bahwa satu minggu sebelum puasa melaksanakan tradisi munggahan. Mengisyaratkan keluarga melakukan permohonan maaf atas kesalahan. Melaksanakan acara ruwahan ini masyarakat terus menjaga kelestariannya sebagai sarana silaturahmi dan mengirim doa untuk leluhur. Tradisi ruwahan Gunungkidul tersebut hingga kini masih berjalan dan selalu dijalankan oleh warga Gunungkidul.