Kabupaten Gunungkidul memang tidak pernah dari keberagaman seni dan budayanya. Banyak sekali kesenian rakyat khas dari Gunungkidul yang bisa kita jumpai. Ya, salah satunya yaitu kesenian tradisional Wong Ireng yang berasal dari Pengkok, Desa Patuk, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta ini. Kesenian Wong Ireng Gunungkidul ini dahulu dipertunjukkan untuk menjaga dan mengawal persembahan terhadap dewa pada masa kejayaan Hindu-Budha.

Mungkin, masih banyak orang yang belum mengetahui terkait kesenian tradisional ini. Seiring berjalannya waktu, lantas tarian tersebut diangkat jadi kesenian khas di Pengkok dan kerap menjadi penampilan di dalam upacara adat serta prosesi yang lainnya.

kesenian Wong Ireng Gunungkidul

youtube .com

Sejarah Kesenian Wong Ireng Gunungkidul

Sebelum menjadi sebuah pemukiman dan Desa, Pengkok adalah daerah desa yang berupa hutan lebat. Seorang pertapa yang bernama Tohjoyo, konon jadi orang pertama yang membuka lahan hutan lebat dan angker tersebut, sebab belum ada satupun yang berani untuk menghuninya. Babat alas ini tak lepas dari mulainya wilayah di sekitarnya seperti daerah Jatimulyo dan Semoyo salah satu desa di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul.

Dengan kemampuan batin, Tohjoyo meminta bantuan dari makhluk gaib yang selanjutnya terkenal dengan sebutan ‘Wong Ireng’, guna membantunya membabat hutan dan memulai kehidupan di daerah ini. Karena hutan tersebut terkenal ‘angker’, maka Wong Ireng membantu Tohjoyo untuk mengusir roh-roh jahat yang selama ini tinggal disana.

Wong Ireng juga membantu Tohjoyo dalam membangun akses jalan daerah untuk memulai kehidupan masyarakat. Hingga saat ini, peran Tohjoyo dan Wong Ireng sebagai sejarah cikal bakal Desa Pengkok. Sejumlah pihak di Pengkok saat ini terus memperkaya sumber serta alur sejarah Tohjoyo dan Wong Ireng tersebut. Termasuk melihat ada tidaknya hubungan dengan bukit bertanah hitam bernama ‘Gunung Ireng’ yang kini sedang dirintis sebagai desa Wisata. Warga Pengkok juga mengabadikan sejarah cerita rakyat serta cikal bakal tersebut jadi satu identitas kesenian rakyat tradisional Wong Ireng yang kerap tampil pada acara-acara tertentu.

Lantas, Apakah Kesenian Wong Ireng Itu?

Sesuai namanya, kesenian Wong Ireng Gunungkidul terdiri atas sekelompok orang penari pria yang berkulit hitam. Warna tersebut berasal dari olesan minyak kelapa dan arang. Mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki, terlihat hitam kelam. Mereka juga memakai sejumlah aksesoris mulai rumbai-rumbai janur dari daun kelapa muda yang terikat pada pinggang, gelang krimpying, kalung sapi, sampai topi hitam dari kukusan.

Hongke-hongke Otok Oblok merupakan nama lain dari kesenian Wong Ireng ini. Nama yang sangat unik untuk kesenian tradisional yang unik pula. Hongke-hongke sendiri merupakan gerakan tarian bebas dari sekelompok penari sembari menjaga barang persembahan, sementara otok oblok merupakan instrumen musiknya. Alat musik pengiring tarian Wong Ireng mulanya hanya kentongan saja. Tetapi kini terdapat tambahan berupa bende dan gong.

Dahulu, masih kerap tampil dengan kebiasan ndadi atau kerasukan. Ada gending yang membangkitkan para penarinya supaya kerasukan roh. Gending tersebut biasanya adalah lagu ‘Pring Reketek’. Sehingga terdapat daya magisnya, serta tariannya pun bebas. Akan tetapi, kini kesenian Wong Ireng Gunungkidul hanya menari sesukanya saja dengan sesekali mengajak para penonton untuk larut di dalam gerakan tarian mereka.